Catatan :

Saturday, August 1, 2015

Sebuah Hati yang Sempurna


Ini adalah sebuah kisah tentang seorang anak yang masih sangat muda. Suatu malam, dia bermimpi. Di dalam mimpinya dia dapat melihat bentuk serta warna hati yang dimiliki setiap orang, termasuk hati miliknya sendiri. Dia sangat kagum dan terheran-heran menyaksikan pemandangan ajaib di depan matanya. Saat dia menoleh ke dadanya, ia menjadi sangat bangga karena melihat hatinya berbentuk sempurna dengan warna yang mengkilau. “Wow, hati milikku sempurna tanpa cacat dan tak bernoda” ucapnya.



Kemudian dia mulai berjalan-jalan menjelajahi tempat-tempat di sekitarnya. Ia sangat menikmati perjalanannya dan selalu mengamati hati milik orang-orang yang dilaluinya. Ada hati yang terpancar indah seperti miliknya, ada yang memiliki luka besar, ada juga yang memiliki luka kecil. Ada yang hatinya besar dan ada yang hatinya sangat kecil, setiap orang memiliki hati yang berbeda-beda. “Wah, luar biasa..” katanya. Sejenak, si anak muda merasa bahwa hatinya lah yang paling sempurna dibandingkan hati milik orang-orang yang ditemuinya. Hal tersebut karena tidak ada orang yang memiliki hati yang sempurna serta berwarna indah seperti miliknya.

Sampai di suatu tempat, tiba-tiba dia berhenti sejenak. Dia melihat seorang wanita tua yang menggunakan penutup kepala besar hingga wajahnya hampir tidak terlihat. Wanita tua tersebut memiliki hati yang paling besar dibandingkan milik orang-orang yang pernah ditemui sebelumnya, bahkan berkali-kali lipat dibandingkan miliknya. Namun, hati wanita tua tersebut tak berbentuk dan terdapat banyak sekali lubang yang menganga. Si anak muda pun kemudian mendekati wanita tua itu.

“Wahai wanita tua, mengapa hati yang engkau miliki seperti itu? Mengapa tidak seperti milikku yang sempurna dan memiliki warna yang berkilau?” Tanya si anak muda setengah pamer.

“Mungkin karena engkau masih muda dan belum terlalu memahami dunia.” Jawab wanita tua itu.

Wanita tua itu kemudian melanjutkan “Setiap saya mencintai seseorang, saya mencongkel hati ini dan kuberikan padanya. Demikian juga ketika saya menolong orang lain, akan ada serpihan hati yang ku bagi pada orang tersebut. Dulu, saat saya masih muda dan memiliki banyak sahabat, hati ini selalu saya iris-iris karena harus ku bagi pada mereka. Dan ketika saya mulai menikah serta mempunyai beberapa anak, hampir habis hati ini tersayat-sayat untuk memahami suami dan mengasuh anak-anak kami.”

“Namun, ada juga pada suatu saat dimana orang-orang mulai mencongkel dan membagi hatinya untuk saya. Mereka juga mulai belajar mengiris hatinya untuk membantu menutupi setiap luka di hati saya hingga bertumpuk-tumpuk. Itulah sebabnya hati milik saya memiliki ukuran berkali-kali lipat dari milikmu, walaupun tidak berbentuk. Memang, tidak semuanya mau melakukan hal demikian, sehingga masih banyak sekali lubang yang menganga di hati ini. Sekarang, hati milik siapa yang lebih indah? Hati milikmu atau milikku?”

Si anak muda tertegun mendengar perkataan wanita tua itu. Ia mulai menyadari bahwa hati wanita tua itu jauh lebih sempurna dibandingkan hati miliknya. Luka, cacat dan lubang menganga serta tambalan di hati justru membuat hati milik wanita tua itu lebih indah dan lebih besar dari hatinya. Setiap lubang, luka dan tambalan seolah-olah berbicara tentang cinta, pengorbanan dan ketulusan dalam kehidupan yang dijalaninya selama ini. Sejenak si anak muda mulai mengamati wajah wanita tua. Ia terkejut ketika menetahui bahwa wanita tua itu ternyata ibunya sendiri.


Kesimpulan…
Silahkan disimpulkan sendiri.


0 comments:

Post a Comment

Post Lainnya