Mammatus Clouds atau disebut juga Mammatocumulus (artinya “awan susu” atau “awan payudara”) merupakan
istilah meteorologikal yang sering dikaitkan dengan gumpalan-gumpalan atau
kantong yang tergantung di bawah dasar awan dan merupakan suatu fenomena yang
sangat langka. Nama Mammatus diambil dari bahasa latin Mamma yang artinya puting
atau payudara, karena bentuknya yang menyerupai bagian tubuh wanita, yaitu
payudara.
Awan Mammatus biasanya dihubungkan dengan badai
petir. Bahkan, jika awan ini terbentuk pada awan kumulonimbus, maka awan
mammatus dijadikan sebagai pertanda akan datang badai besar atau bahkan badai
tornado. Menurut beberapa pendapat, awan ini bisa muncul sebelum atau sesudah badai/tornado.
Namun ada juga yang berpendapat, bahwa awan Mammatus
tidak memiliki hubungan dengan munculnya cuaca buruk seperti badai dan tornado,
meskipun awan ini juga kerap muncul sebelum badai terjadi. Hal ini menjadikan awan
Mammatus tidak bisa dijadikan sebagai sinyal pasti akan datangnya cuaca yang
buruk, dan hanya dapat dijadikan sebagai sinyal ‘kemungkinan’ akan terjadi
cuaca buruk saja.
Awan Mammatus terdiri dari kumpulan bentuk lobus
atau cuping (seperti payudara) dengan masing-masing berukuran sama maupun
memiliki ukuran yang berbeda-beda. Tiap lobus yang membentuk formasi awan ini
memiliki diameter rata-rata 1 hingga 3 km dan panjang rata-rata 0,5 km. Sebuah lobus
bisa bertahan rata-rata 10 menit, namun jika berkelompok dapat berkisar dari 15
menit hingga berjam-jam. Awan ini biasanya terdiri dari kristal es, tapi juga
bisa berupa campuran kristal es dan air, atau hampir seluruhnya air.
Proses terjadinya awan ini di awali dengan naiknya
uap air ke udara dan terus naik ke atas. Setelah berada di atas, uap tersebut
berubah menjadi embun dan membentuk awan. Namun tetesan air dari embun tersebut
berubah menjadi Kristal es, yang terjadi pada ketinggian mencapai 57.000 kaki
di atas permukaan. Pada saat itu, gerakan awan ke atas mulai lemah, sehingga
air menyebar secara horisontal. Kristal es kemudian mulai tenggelam (hampir
jatuh ke bawah) di dasar awan karena lebih padat dari udara disekitarnya. Sementara,
di dasar awan mengalami kelembapan yang tinggi, sehingga kristal air terus
tenggelam (hampir jatuh ke bawah) dan menciptakan kantong awan yang biasa
disebut Mammatus.
Tes
ReplyDelete